Pentingnya Melakukan Proofreading (Uji Baca)
Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Gelombang 23 - 24
Pertemuan ke-13
Senin, 14 Februari 2022
Judul : Proofreading Sebelum Menerbitkan Buku
Narasumber : Susanto, S.Pd
Moderator : Muliadi
Setengah berlari ... Kukejar teman - teman yang sudah lebih dulu berada di depan. Entah kenapa, semangat menulisku seperti motor tua yang kehabisan bahan bakar, merayap pelan didorong pemiliknya yang juga sudah tua. Sepertinya Aku harus mencari amunisi baru, agar semangat itu tetap terjaga hingga sampai di garis finish.
Duh ... Prolog yang kutulis sudah betulkah? Setelah mengikuti kelas Pak D, seharusnya aku sudah bisa menulis dengan baik. Karena Pak D sudah memaparkan bagaimana melakukan Proofreading atau uji baca.
Oh ... Ya ... Hari ini, di pelatihan menulis PGRI , kami belajar tentang Proofreading sebelum menerbitkan buku. Sebagai narasumber yaitu Pak Susanto, seorang penulis, sekaligus editor dan juga kreator. Didampingi oleh Pak Muliadi sebagai moderator.
Sebelum mengundang Pak D, begitu sapaan untuk narasumber, Moderator memberikan kata pengantar yang bagus sekali.
Mengutip Albert Einstein "Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya". Yang dijelaskan oleh Pak Momod (Moderator, kata Pak D, lucu ya ... ) Bahwa menyusun kata/kalimat dengan sederhana agar mudah dipahami. Jangan sampai terjadi salah ketik, kurang atau lebih huruf, sehingga maknanya menjadi tidak jelas.
Dari penjelasan Pak Muliadi sebagai moderator, penting bagi penulis untuk belajar tentang Proofreading, agar tidak terjadi salah ketik (typo) atau salah kata yang mengaburkan arti dan maksud sebenarnya.
Pak D memulai dengan mengambil contoh kalimat dari resume yang dibuat oleh peserta belajar Menulis. Ini kerennya pelatihan bersama PGRI, langsung praktek, sehingga mudah dipahami.
Contoh kalimatnya adalah :
"Hmn...aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat - kiat dari Pak Mazmo"Kata Cici
Sekilas tidak ada yang salah pada kalimat tersebut, namun ternyata setelah dilakukan Proofreading, kalimat itu mengalami perubahan.
Kalimat hasil Proofreading :
"Hmn ... aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat - kiat dari Pak Mazmo"kata Cici.
Tahukah pembaca apa yang berubah?
Tepat sekali ... berarti anda adalah pembaca yang jeli jika sudah mengetahui perbedaannya.
Kalau dicermati, perbedaan kedua kalimat ada pada tanda elipsis dan huruf "k" pada kata "kata". Tanda Elipsis/Titik Tiga ( ... ) dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan, biasanya untuk memberikan jeda pada dialog. Menurut PUEBI tanda Elipsis didahului dan diikuti dengan spasi. Sedangkan kata "kata" menggunakan huruf kecil sesuai dengan aturan "dialog tag".
Sulit? Ribet? Untuk itulah kita belajar dan berlatih sehingga punya ilmu baru dan diaplikasikan.
Dengan melakukan Proofreading, kesalahan - kesalahan seperti : penggunaan tanda baca, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah dan juga pemenggalan kata tidak terjadi.
Lalu apa bedanya Proofreading dengan editing? Sepertinya mirip ya, tapi Pak D menjelaskan perbedaan antara keduanya.
Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan Proofreading, selain aspek kebahasaan juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.Tidak sekedar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah menjadi tulisan yang masuk akal atau belum.
Seorang Proofreading mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Memastikan sebuah tulisan bisa dipahami dan diterima oleh logika.
2. Harus bisa mengenali apakah sebuah tulisan efektif atau tidak,susunannya sudah tepat atau belum, dan apakah substansinya bisa dipahami atau tidak oleh pembaca.
Sebagai contoh, jika seorang Proofreading melakukan uji baca dari suatu teks terjemahan, maka hasilnya harus berupa teks yang mudah dipahami, meskipun pembaca tidak mengetahui asal - usul teks. Intinya hasil dari uji baca menjadikan teks mudah dipahami oleh pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.
Proofreading merupakan bagian dari tahapan menulis yang tidak boleh dihilangkan atau dilewatkan, terutama jika tulisan akan dibaca oleh orang banyak (umum), misalnya menulis di blog. Sebaiknya Proofreading dilakukan saat tulisan sudah selesai (jadi).
Jangan sampai keinginan untuk mendapatkan tulisan yang sempurna, sehingga muncul kekhawatiran tulisan menjadi jelek, tidak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimat tidak pas, dan sebagainya sehingga terjebak untuk segera memperbaiki. Jika ini dilakukan, sudah pasti tulisan tidak akan pernah jadi.
Jika penulis ingin prootreader maka harus bersikap netral, menilai karya secara obyektif dan bertindak sebagai pembaca.
Sebelum dilakukan Proofreading, biarkan tulisan mengendap, dalam hitungan jam atau hari, setelah itu baru dibaca ulang.
Berikut ini adalah langkah - langkah yang dapat dilakukan oleh penulis jika ingin menjadi prootreader (menjadi calon pembaca) :
1. Merevisi draf awal teks. Seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, memasukkan atau menghapus seluruh bagian.
2. Merevisi penggunaan bahasa : kata, frasa dan kalimat, serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
3. Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat yang ambigu.
4. Cek ejaan
a. Ejaan merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.
b. Pemenggalan kata - kata yang merujuk ke KBBI
c. Konsistensi nama dan ketentuannya
d. Perhatikan judul bab dan penomorannya.
Penting juga diperhatikan untuk :
1. Menghindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata.
2. Menghindari kesalahan kecil lainnya, misalnya : memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda - tanda baca tersebut tidak diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.
Untuk menghindari typo bisa juga dilakukan secara otomatis.
Masih banyak ilmu yang bisa digali dari pertanyaan - pertanyaan peserta, tetapi motor tuaku kembali ngadat. Ia betul - betul meminta amunisi. Biarlah kutuntun motorku, merayap pelan, mengiringi pelari - pelari cepat. Semoga bisa terus mengejar walau perlahan. Semoga bisa sampai di garis akhir.
Meskipun tertinggal, namun tidak mengurangi kesempurnaan tulisan
BalasHapusTetap menulis dengan cermat dan apik. Meminjam kata bucan Widya . Yang penting itu menulis resum dengan baik bukan cepat hehe 👍
Tetap semangat
Terima kasih untuk motivasinya Bu Ovi
Hapus