Menjelajahi Alam Digital yang Luas

Kelas : Guru Motivator Literasi Digital 2

Pertemuan : Ke-14

Hari/Tanggal : Rabu/01 Desember 2021

Judul : Menjelajahi Alam Digital yang Luas

Narasumber : Maesaroh

Moderator : Mz. Phia



Alam digital atau dunia Maya adalah sebuah lingkungan yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) melalui teknologi canggih. Alam digital merupakan alam yang tidak nyata, dan untuk memasukinya harus menggunakan piranti digital seperti: WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya.

Untuk berselancar dengan aman di alam digital, maka perlu belajar atau memahami Literasi Digital. Dengan memahami dunia digital, maka dapat terhindar dari pengaruh buruk atau pergaulan yang salah.

Ada 4 pilar literasi digital yang harus diketahui, yaitu :

1. Digital Culture (budaya bermedia digital)

2. Digital Safety (Aman bermefia sosial)

3. Digital Ethics (etis bermedia digital)

4. Digital Skill (cakap bermedia digital)

Budaya bermedia digitali menggambarkan bahwa internet secara signifikan sebagai alat yang membantu manusia berinteraksi. Dengan adanya internet maka bisa terhubung diantara pengguna. Salah satu aktifitas dalam penggunaan internet adalah blogging. Saat seseorang menggunggah tulisan di blog yang dimiliki, maka orang lain yang bisa bisa  tersebut mengakses blogdapat membaca tulisan yang diunggah.

Aman bermedia digital berarti kemampuan melindungi diri dan aset digital ketika berada di ruang digital. Sebisa mungkin setiap pengguna bisa menjaga data digitalnya.

Etis bermedia digital merupakan kemampuan untuk mengukur perilaku diri sendiri dalam bermedia sosial. Walau berinteraksi di dunia Maya tetap menjaga etika kesopanan yang berlaku.

Cakap bermedia digital adalah kecakapan dalam menguasai piranti digital yang meliputi : Coding, Collaboration, Cloud Software, Word Processing Software, Screen Casting, Personal Digital Archieving, Information Evaluation dan Use of Sosial Media.

Pada kenyataannya, media sosial sebagai platform digital menempatkan dirinya sebagai "Public Figur". Kenyataan lainnya adalah 85 % masyarakat Indonesia terhubung dengan media sosial dan menjadi negara pengguna media sosial tertinggi  se-Asia .

Adapun urutan media sosial yang digunakan, adalah sebagai berikut :

1. Facebook 63,4 % pengguna (175,3 juta)

2. Instagram 46% pengguna (91,77 juta)

3. WhatsApp 31 % pengguna (68,8 juta)

4. Twitter 9 % pengguna (15,7 juta)

Efek negatif media sosial yang bisa mempengaruhi generasi milenial berdasarkan jenisnya :

Facebook bisa menyebabkan terjadinya cyber bulying, kekerasan, sexting (menyebarkan foto berbau pornografi), dan FB depression.

Instagram bisa menyebabkan kecanduan, sexting, dan memberi informasi hoaks

WhatsApp bisa menyebabkan terganggunya aktifitas sehari - hari jika menggunakan secara berlebihan, adanya peluang penyalahgunaan nomor, dan berpusat sebagai penyebar informasi hoaks tercepat.

Berbagai aplikasi tersebut merupakan alam maya atau alam digital yang terkumpul pada satu benda bernama smartphone. Dengan satu smartphone tergenggam ditangan, kita bisa menjelajah seluruh dunia Maya.

Kemudahan bermedia digital bukan tidak berefek negatif bagi penggunanya. Ada saat pengguna merasa lelah dikenal dengan istilah Digital Fatique, dengan ciri - ciri sebagai berikut :

✔️ Perasaan lelah, bosan, malas dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, menggunakan media sosial dan berbagai platform digital lainnya.

✔️ Mata terasa sakit, lelah dan perih

✔️ Sakit kepala dan migren

✔️ Nyeri otot leher, bahu atau punggung

✔️ Sensitif terhadap cahaya

✔️ Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori

✔️ Merasa putus asa dan tidak berdaya

✔️ Kewalahan menghadapi situasi yang berulang

✔️ Badan terasa lemah, lesu tidak bertenaga, dan malas bergerak

✔️ Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar

Menyikapi adanya efek negatif dalam menjelajahi alam digital, seorang guru yang berinteraksi langsung dengan generasi milenial sebaiknya bisa berperan dalam mengembangkan Literasi Digital. Beberapa hal yang bisa dikembangkan oleh guru yaitu :

📌 Photo visual literacy adalah kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual

📌 Reproduksi literacy adalah kemampuan menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya barudibudangnya

📌 Percabangan literacy adalah kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non linear dari ruang digital.

📌 Informasi literacy adalah kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang ditemukan di Web

📌 Sisio-emosional literacy adalah kemampuan yang dapat mengacu pada aspek - aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu melalui sosialisasi dan berkolaborasi atau hanya mengkonsumsi konten.

Delapan elemen untuk mengembangkan literasi digital :

1. Kultural : Pemahaman ragam konteks pengguna digital

2. Kognitif : Daya pikir menilai konten

3. Konstruktif : Reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual

4. Komunikatif : Memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital

5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab

6. Kreatif : Melakukan hal baru dengan cara baru

7. Kritis dalam menyikapi konten 

8. Bertanggung jawab secara sosial

Berbagai platform dapat dipakai dalam bermedia sosial, dan semuanya ada dalam satu benda yang bisa digenggam. Maka istilah dunia dalam genggaman sangat sesuai untuk situasi saat ini. Beberapa platform yang harus diketahui adalah ;

👉 Literasi Facebook

Facebook dapat digunakan sebagai media pembelajaran , pengetahuan dan penyebar informasi yang edukatif

👉 Literasi You Tube

You Tube adalah media yang imajinatif dan paling menarik dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran

👉 Literasi WhatsApp

WhatsApp adalah media yang paling mudah digunakan sebagai sarana informasi untuk edukasi digital. Sarana yang paling cepat menghubungkan informasi dalam hitungan detik.

👉 Literasi Instagram

Instagram adalah media yang paling banyak digunakan untuk memberikan informasi yang menarik. Ragam hastag dapat dengan mudah menyebarkan informasi ke setiap pengguna.

👉 Literasi Twitter

Twitter adalah media digital yang biasanya memberikan cuitan informasi beragam yang dapat dengan mudah memberi peluang agar suatu informasi dapat dengan cepat menyebar.

Terdapat 5 cara dalam meliterasi media sosial, yaitu : 

1.Perhatian, dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang, akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pemikiran kita cenderung berjalan acak

2. Partisipasi, dalam bermefia sosial dibedakan menjadi 2, netizen aktif dan pasif. Netizen aktif adalah pengguna medsos yang ikut memberikan postingan di media sosial.

3. Kolaborasi, adanya kolaborasi memungkinkan mayarakat / pengguna berbagi sumber daya dan membangun ide lain 

4. Kesadaran jaringan, jaringan media sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gosip dan organisasi lainnya.

5. Pemakaian secara kritis, adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai, mengkomunikasikan atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi .

Literasi media sosial merupakan suatu ketrampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas bermedia sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif.

Menurut Taylor & Francis (2014), media sosial memiliki akronim sebagai berikut :

1. Sharing views

2. Optimizing knowledge

3. Collaborating on projects

4. Investigatif new ideas

5. Advocacy for your service provision 

6. Learning from other s

7. Making new connection

8. Enhancing your practise

9. Debating the future

10. Inspirational support 

11. An esensial tools for your information toolbox

Dari akronim yang dibuat Taylor dan Fransis tentang media sosial, sebetulnya media sosial dibuat dengan tujuan yang bak. Namun dalam perkembangannya, dengan pengguna yang beragam, maka media sosial menjadi tempat yang bisa berpengaruh negatif.

Oleh karena itu guru dan orang tua harus bisa memberi pemahaman yang benar pada pengguna pemula (siswa) dengan memberi pengetahuan literasi digital, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa anak - anak terkadang lebih canggih dalam hal penggunaan teknologi. Literasi digital penting agar anak - anak tidak salah dalam bermedia sosial. Pemahaman yang kurang dalam bermedia sosial dapat berdampak buruk pada anak - anak (siswa).

Untuk mengembangkan budaya literasi generasi emas Indonesia, diperlukan kecakapan dalam menggunakan media digital. Dengan cakap digital, generasi emas Indonesia akan dapat menjaga etika dalam bermedia sosial , menjafi orang yang bertanggung jawab, dan mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel.

Cerdas bermedia sosial berarti cerdas berliterasi digital. Oleh karenanya perlu gerakan yang masif dalam mengedukasi melalui gerakan literasi digital, sehingga setiap individu dapat dengan mudah memahami informasi yang benar. 

Hal ini sejalan dengan kesiapan Indonesia menyongsong abad 21, dibidang pendidikan. Implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi), segala informasi tersedia dengan sangat luas. Bisa diakses oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintegrasi pada pergeseran pembangunan kearah ICT, sebagai salah satu strategi managemen pendidikan abad 21, yang didalamnya meliputi tata kelola kelembagaan dan sumber daya manusia.

Edukasi berbagai pihak, sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas berliterasi, agar generasi emas Indonesia bisa menyaring informasi yang beredar di media sosial dengan baik. Jika pemahaman literasi tidak bai (buruk), maka bisa berdampak secara psikologis, misalnya mudah menghina orang, mudah depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, dan kurang sopan.

Membangun mental digital berarti membangun karakter generasi bangsa menuju masa emas Indonesia tahun 2045. Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan dan menguasai Literasi kebangsaan.

Syarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung tinggi dan harus menjadi point' utama dalam berbagai bidang kehidupan.

Nilai - nilai karakter yang perlu ditanamkan pada generasi milenial, adalah :

🔷 Nilai kejujuran

🔷 Nilai semangat

🔷 Nilai kebersamaan atau gotong royong

🔷 Nilai kepedulian atau solidaritas

🔷 Nilai sopan santun

🔷 Nilai persatuan dan kesatuan

🔷 Nilai Kekeluargaan

🔷 Nilai tanggung jawab









Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguak Dapur Penerbit Mayor

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Mimpi Seorang Lelaki Tua