Mendamba Kedamaian


Melihat ikan yang meliuk - liuk lincah, menikmati makanan yang berlimpah, membuat rasa sesak di dada membuncah ...

Sesak menghadapi kenyataan menjadi manusia yang hidup di negeri antah berantah. Sungguh tidak indah dan selalu resah ...

Begitulah rasaku di Februari yang seharusnya penuh cinta. Sudah sebulan, aku tidak pernah bisa mendapatkan minyak sayur murah. Walau katanya sudah digelontorkan dalam jumlah yang "wah". Untuk mensiasati agar dapur tidak goyah, maka semua makanan tak lagi renyah, tapi kujadikakan makanan berkuah.

Belum selesai satu masalah, muncul lagi masalah lainnya. Tiba - tiba tahu dan tempe menjadi barang mewah. Membeli  tahu dan tempe jadi susah, karena harga kedelai yang tak lagi ramah, sehingga pengrajin tempe berhenti mengolah.

Yang paling membuat gundah, saat suara azan juga harus mengalah. Dan disamakan dengan gonggongan mamalia  berkaki empat yang sering menjulurkan lidah.

Walah ... Walah ... Walah


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguak Dapur Penerbit Mayor

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Mimpi Seorang Lelaki Tua